Nama : Indah Restu Anjani
NPM : 13211571
Kelas : 3EA17
Mat-Kul :
Softskill - Perilaku Konsumen
TULISAN 12
BAB 12
PENGARUH BUDAYA DALAM PERILAKU
KONSUMEN
I.
DEFINISI
Budaya mengacu pada seperangkat nilai,
gagasan, artefak dan simbol yang mempunyai makna, yang membantu individu
berkomunikasi, memberikan tafsiran serta melakukan evaluasi. Budaya tidak hanya
bersifat naluriah saja, namun budaya memberikan dampak pada perilaku yang dapat
diterima didalam masyarakat. Beberapa sikap dan perilaku yang dipengaruhi
budaya, meliputi : (James Engel,2002 :70).
a. Rasa dan ruang
b. Komunikasi dan bahasa
c. Pakaian, penampilan
d. Makanan dan kebiasaan makan
e. Waktu
f. Hubungan (keluarga, organisasi,
pemerintah, dsbnya)
g. Nilai dan norma
h. Kepercayaan dan sikap
i. Proses mental dan pembelajaran
j. Kebiasaan kerja
v Budaya
meliputi 2 (dua) hal penting, yaitu :
1. Makro budaya
Merupakan seperangkat nilai dan simbol yang
berlaku pada keseluruhan masyarakat. Masyarakat mengacu pada sistem sosial yang
lebih besar dan bersifat kompleks, namun terorganisasi dengan baik.
2. Mikro Budaya
Mengacu pada seperangkat nilai dan simbol
dari kelompok yang lebih terbatas, misalnya kelompok agama, etnis atau sub
bagian dari keseluruhan. Pada umumnya mikro budaya seringkali disebut sebagai
sub budaya, namun agar tidak terjadi inferioritas, maka digunakan istilah sub
budaya.
Budaya mencakup elemen abstrak dan materiil,
elemen abstrak mencakup nilai, sikap, gagasan, tipe kepribadian, gagasan, serta
agama. Sedangkan, komponen materiil mencakup benda benda seperti buku,
komputer, peralatan, gedung, dsbnya.
Konsumen mendapatkan nilai nilai budaya
karena budaya merupakan sesuatu yang bisa dipelajari, saat manusia lahir ia
belajar tentang norma yang berada dilingkungannya, yang dilakukan dengan cara
peniruan (imitation) atau dengan mengamati proses yang terjadi didalam
masyarakat. Pada saat akan membuat perencanaan iklan perlu diketahui pula nilai
nilai budaya yang dianut oleh konsumen, misalnya tentang cara berpakaian,
selera makanan, cara mereka menghabiskan waktu luang, dsbnya.
Budaya selalu ditanamkan dari satu generasi
ke generasi berikutnya, terutama dilakukan melalui lembaga seperti keluarga,
pendidikan,agama, dan sekolah. Sehingga, nilai-nilai budaya yang ditanamkan
sejak kecil melalui keluarga, akan tertanam dalam individu sejak kecil hingga
dewasa, meskipun nilai nilai budaya juga bisa ditanamkan melalui pendidikan,
dimana pendidikan sebagai proses belajar dan transfer ilmu juga dipakai untuk
mengenalkan budaya kepada individu. Individu mengenal budaya dari sejak sekolah
dasar, dan diajarkan untuk mencintai budaya yang ada, sehingga peran budaya ini
akan terbawa dalam sikap dan perilaku konsumen.
Budaya senantiasa berkemband dan budaya
menjadi sebuah entitas (entity), dimana budaya merupakan entitas yang melayani
manusia dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan biologis dan sosial dasar dari
masyarakat.
Budaya bersifat adaptif, dimana strategi
pemasaran yang didasarkan pada nilai-nilai masyarakat harus bersifat adaptif.
Budaya beradaptasi dengan perubahan yang terjadi didalam masyarakat, sehingga
untuk mengenali trend yang ada didalam masyarakat serta menciptakan strategi
pemasaran yang tepat, harus mengacu pada nilai budaya yang ada dalam
masyarakat, karena hal-hal yang terjadi didlam masyarakat bisa saja
kontroversial tetapi dengan adanya budaya, maka perubahan yang terjadi didalam
masyarakat dapat diprediksi dengan menggunakan budaya setempat.
v Nilai budaya
yang dianut di Amerika
Di Amerika nilai budaya yang terjadi didalam
masyarakat di Amerika dapat diamati. Adapun nilai yang dianut di Amerika,
adalah :
1. Kesejahteraan Materiil
Orang Amerika menyukai hal-hal yang bersifat
modern,kepraktisan dan kenyamanan.
2. Tafsiran Moral Ganda
Orang Amerika percaya akan moralitas yang
terpolarisasi. Penilaian ganda yang dimaksud legal ilegal, sekuler sakral.
3. Bekerja lebih penting daripada
bermain
Bekerja merupakan hal yang penting, seseorang
dianggap maju dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Sedangkan, bermain
dan bersenang-senang lebih dihubungkan dengan perilaku yang tidak serius,
kesenangan dan anak-anak.
4. Waktu adalah uang
Pandangan Orang Amerika mengenai waktu
berhubungan erat dengan nilai-nilai inti Amerika. Kerja dibayar dalam periode
waktu yang berhubungan dengan uang. Orang Amerika bekerja selama 8 hinggga 10
jam per haru, bila kerja lebih lama uang yang diperoleh juga semaikin banyak.
5. Upaya, optimisme dan Kewirausahaan
Orang Amerika percaya harus diidentifikasi
dan upaya harus dikerahkan untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan upaya yang
tepat dan optmis akan keberhasilan. Orang amerika percaya bahwa setiap masalah
pasti ada pemecahannya.
II.
MITOS
& RITUAL KEBUDAYAAN
v Mitos
Setiap masyarakat memiliki serangkaian mitos
yang mendefinisikan budayanya. Mitos merupakan cerita yang berisi elemen
simbolis yang mengekspresikan emosi dan cita-cita budaya. Cerita-cerita berupa
konflik antara dua kekuatan besar, dan berfungsi sebagai pembimbing moral untuk
anggota masyakat.
Mitos yang beredar di masyarakat biasanya
menunjukkan dua hal yang saling berlawanan. Misalnya kebaikan belawanan dengan
setan dan kejahatan, alami berlawanan dengan teknologi/kimiawi dan lain-lain.
Arah yang berlawanan tersebut biasanya secara bersamaan muncul pada diri
manusia dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, dalam pemahaman tentang
mitos masyarakat perlu mengetahui batas-batas baik dan buruk dalam sikap dan
perilaku sehari-hari. Batasan tersebut dijelaskan dalam aturan dan norma-norma
yang berkembang dalam masyarakat. Dalam hal-hal tertentu, mitos berfungsi
sebagai mediator antara kekuatan baik dan kekuatan jahat atau antara dua
kekuatan lainnya. Misalnya banyak mitos yang beredar di masyarakat mengenai binatang
yang mempunyai kemampuan seperti manusia (misalnya kancil yang cerdik
menyerupai manusia). Mitos tersebut dimaksudkan sebagai jembatan antara
kemanusiaan dan alam semesta. Dalam praktek pemasaran, banyak sekali nama-nama
binatang (yang mempunyai mitos tertentu) digunakan sebagai merek produk.
Misalnya Toyota menggunakan nama Kijang untuk merk mobil dan Mitsubishi
menggunakan Kuda.
Penggunaan mitos sebagai cara untuk taktik
pemasaran sangat sering terjadi. Di Indonesia mitos mengenai kekuatan Bima digunakan
sebagai merek produk Jamu kuat untuk pria misalnya. Bahkan dalam kancah
perpolitikan mitos mengenai akan datangnya ratu adil dalam masyarakat Indonesia
dijadikan alat untuk memperoleh dukungan masa. Pemasar harus secara kreatif
menggali mitos-mitos yang sangat dipercayai oleh suatu masyarakat dan
mitos-mitos tersebut bisa digunakan sebagai sarana untuk menyusun strategi
pemasaran.
v Ritual
Kebudayaan
Ritual budaya merupakan kegiatan-kegiatan
rutin yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Ritual menggambarkan prosedur
budaya yang harus dilakukan oleh sekelompok masyarakat agar bisa memenuhi
tuntutan budayanya. Mowen (1995) mendefinisikan ritual budaya sebagai
urutan-urutan tindakan yang terstandardisasi yang secara periodik diulang,
memberikan arti, dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya. Ritual mempunyai
beberapa kegunaan yang secara umum mempunyai permulaan, pertengahan dan akhir
proses ritual. Ritual dapat bersifat pribadi ataupun bersifat umum. Variasinya
mulai dari skala yang besar seperti mudik lebaran sampai pada skala yang kecil
seperti ziarah kubur misalnya.
Ritual budaya berbeda dengan kebiasaan yang
dilakukan oleh seseorang. Ritual budaya dilakukan secara serius dan formal, dan
juga memerlukan intensitas yang sangat dalam dari seseorang yang melakukan
ritual. Sementara itu kebiasaan tidak dilakukan secara serius dan tidak mesti
dilakukan. Kebiasaan akan sangat mudah berubah jika ada stimulus lain yang
lebih menarik. Misalnya jika Anda biasa melalui jalur jalan tertentu ketika
berangkat kerja dan Anda sudah biasa menghadapi jalan yang macet, namun ketika
ada jalur jalan lain yang lebih lowong dan lebih cepat membawa Anda ke kantor,
mungkin kebiasaan Anda akan berubah.
Setiap ritual budaya akan membutuhkan
benda-benda (artifak) yang digunakan untuk melaksanakan proses ritual.
Benda-benda inilah yang oleh pengusaha dijadikan sebagai peluang usaha. Setiap
upacara ulang tahun misalnya, benda-benda yang dibutuhkan meliputi beberapa
jenis seperti permen balon, kue dan lain-lain. Dalam upacara perkawinan
misalnya banyak sekali artifak yang diperlukan agar proses ritual perkawinan
berjalan dengan baik dan memuaskan pihak penyelenggara ritual. Benda-benda yang
dibutuhkan dalam ritual perkawinan sangat banyak dan bervariasi mulai dari
gedung tempat pesta, bunga, baju pengantin, rias pengantin gamelan tradisional,
makanan, buah-buahan dan lain-lain.
Begitu banyaknya ritual budaya yang dilakukan
oleh sekelompok masyarakat, dan juga ritual itu dilaksanakan secara periodik,
maka hal ini sangat menarik bagi pemasar untuk menyediakan produk-produk khusus
untuk ritual tertentu. Di kota-kota besar, banyak sekali gedung-gedung yang
disewakan untuk ritual perkawinan atau ritual yang lainnya. Bahkan perkembangan
sekarang, banyak usaha yang mengkhususkan pada pengelolaan pesta ritual seperti
ulang tahun, perkawinan dan lain-lain yang disebut sebagai wedding
organizer.
Bagi pemasang iklan, peristiwa ritual budaya
dapat dijadikan tema iklan. Misalnya saja ritual lebaran, bisa dijadikan tema
iklan untuk produk sarung, peci, dan produk-produk lainnya. Selain itu
peristiwa ritual juga bisa digunakan untuk memposisikan produk sebagai produk
khusus untuk peristiwa ritual tertentu. Misalnya produk berlian bisa
diposisikan sebagai produk untuk hadiah perkawinan anak.
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer
behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang
suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
IV.
STRATEGI
PEMASARAN dengan MEMPERHATIKAN BUDAYA
Beberapa strategi pemasaran bisa dilakukan
berkenaan dengan pemahaman budaya suatu masyarakat. Dengan memahami budaya
suatu masyarakat, pemasar dapat merencanakan strategi pemasaran pada penciptaan
produk, segmentasi dan promosi.
V.
TINJAUAN
SUB-BUDAYA
Dalam tinjauan sub-budaya terdapat beberapa
konteks penilaian seperti:
a.
Afeksi dan Kognisi.
Penilaian
Afeksi dan Kognisi merupakan penilaian terhadap suka atau tidak suka, perasaan
emosional yang tindakannya cenderung kearah berbagai objek atau ide serta
kesiapan seseorang untuk melakukan tindakan atau aktivitas.
b.
Perilaku.
Perilaku
merupakan suatu bentuk kepribadian yang dapat diartikan bentuk sifat-sifat yang
ada pada diri individu, yang ditentukan oleh faktor internal (motif, IQ, emosi,
dan cara berpikir) dan faktor eksternal (lingkungan fisik, keluarga,
masyarakat, sekolah, dan lingkungan alam).
c.
Faktor Lingkungan.
Prinsip
teori Gestalt ialah bahwa keseluruhan lebih berarti daripada sebagian-bagian.
Sedangkan teori lapangan dari Kurt Lewin berpendapat tentang pentingnya
penggunaan dan pemanfaatan lingkungan.
Berdasarkan teori Gestalt dan lapangan bahwa
faktor lingkungan merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh pada perilaku
konsumen.
VI.
SUB-BUDAYA
& DEMOGRAFI
Berdasarkan analisa dari bagian-bagian
sub-budaya, menunjukkan bahwa sebenarnya ada variabel yang terbentuk dari
sub-budaya demografis yang menjelaskan karakteristik suatu populasi dan
dikelompokkan kedalam karakteristik yang sama.
Variabel yang termasuk kedalam demografis,
adalah:
a)
Sub Etnis Budaya.
b)
Sub Budaya-agama.
c)
Sub Budaya Geografis dan Regional.
d)
Sub Budaya Usia.
e)
Sub Budaya Jenis Kelamin.
VII.
LINTAS
BUDAYA (cross
cultural consumer behavior)
Secara umum kebudayaan harus memiliki tiga
karakteristik, seperti:
a)
Kebudayaan dipelajari, artinya: kebudayaan yang dimiliki setiap
orang diperoleh melalui keanggotaan mereka didalam suatu kelompok yang menurunkan
kebudayaannya dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
b)
Kebudayaan bersifat kait-mengkait, artinya : setiap unsur dalam
kebudayaan sangat berkaitan erat satu sama lain, misalnya: unsure agama
berkaitan erat dengan unsure perkawinan, unsur bisnis berkaitan erat dengan
unsur status sosial.
c)
Kebudayaan dibagikan, artinya: prinsip-prinsip serta kebudayaan
menyebar kepada setiap anggota yang lain dalam suatu kelompok.
Mengembangkan ruang lingkup dari nilai-nilai
budaya sangatlah diperlukan karena merupakan aspek penting dalam mengoptimalkan
hasil pemasaran. Adapun yang harus diketahui oleh para pemasar dalam
mengembangkan nilai-nilai kebudayaan suatu negara adalah sebagai berikut.
a)
Kehidupan Material: mengacu pada kehidupan ekonomi, yakni apa yang
dilakukan oleh manusia untuk memperoleh nafkah.
b)
Interaksi Sosial: interaksi sosial membangun aturan-aturan yang
dimainkan seseorang dalam masyarakat, serta pola kekuasaan dan kewajiban
mereka.
c)
Bahasa: bahasa secara harfiah yaitu kata-kata yang diucapkan,
tetapi selain itu sebagai symbol komunikasi dari waktu, ruang, benda-benda,
persahabatan dan kesepakatan.
d)
Estetika: meliputi seni (arts), drama, musik, kesenian rakyat, dan
arsitektur yang terdapat dalam masyarakat.
e)
Nilai dan Sikap: setiap kultur mempunyai seperangkat nilai dan
sikap yang mempengaruhi hamper segenap aspek perilaku manusia dan membawa
keteraturan pada suatu masyarakat/individu-individunya.
f)
Agama dan Kepercayaan: agama mempengaruhi pandangan hidup, makna
dan konsep suatu kebudayaan.
g)
Edukasi: edukasi meliputi proses penerusan keahlian, gagasan,
sikap dan juga pelatihan dalam disiplin tertentu.
h)
Kebiasaan-kebiasaan dan Tata Krama: kebiasaan (customs) adalah
praktek-praktek yang lazim/mapan. Tata Krama (manners) adalah perilaku-perilaku
yang dianggap tepat pada masyarakat tertentu.
i)
Etika dan Moral: pengertian apa yang disebut apa yang benar dan
salah didasarkan pada kebudayaan.
VIII.
BAURAN
PEMASARAN dalam LINTAS BUDAYA
Beberapa hal dalam pemasaran internasional
yang berkaitan dengan lintas budaya adalah bagaimana mengorganisasikan
perusahaan agar dapat menembus pasar luar negeri, bagaimana keputusan masuk ke
dalam pasar internasional, bagaimana merencanakan standarisasi, bagaimana
merencanakan produk, bagaimana merencanakan distribusi, bagaimana merencanakan
promosi, dan bagaimana menetukan harga produk.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar