Jumat, 30 Mei 2014

TULISAN 5 - Ringkasan Novel Laskar Pelangi

Ringkasan Novel  Laskar Pelangi




Diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulis sendiri, buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Anak orang-orang ‘kecil’ ini mencoba memperbaiki masa depan dengan menempuh pendidikan dasar dan menengah di sebuah lembaga pendidikan.

Bersebelahan dengan sebuah lembaga pendidikan yang dikelola dan difasilitasi dengan modern pada masanya, namanya SD Muhammadiyah sekolah penulis ini, tampak begitu kumuh dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah melimpahnya PN Timah yang mengeksploitasi tanah leluhur mereka.

Cerita ini terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Departemen pendidikan kabupaten Sumatra Selatan jika siswa baru tidak mencapai 10 orang anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato untuk menutup sekolah, ternyata ada seorang anak yang bernama Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.

Jika tak ada Harun, seorang anak berusia 15 tahun dengan keterbelakangan mental, yang disekolahkan oleh ibunya agar tidak hanya mengejar anak ayam di rumah, tentu tidak pernah terjadi kisah ini.
Akan tetapi Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan inisiatif dua orang guru yaitu seorang kepala sekolah yang sudah tua (Bapak Harfan Efendy Noor) dan ibu guru muda (Ibu Muslimah Hafsari), yang juga sangat miskin, berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan susah payah.          

Sekolah yang dihidupi dari uluran tangan para donatur itu begitu miskin, gedung sekolah kumuh, ruang kelas hanya beralaskan tanah, atapnya pun bolong-bolong, bangku seadanya, dan saat malam tiba dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa begitu mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras, sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan.

Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh Bu Mus. Dan kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, dan ada kejadian ditemukannya bakat luar biasa oleh Mahar. Pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda sejauh 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah untuk mencari ilmu di sekolah tersebut. Meskipun demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh.

Dari waktu ke waktu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) bahu membahu membesarkan hati kesepuluh anak tersebut agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesepuluh muridnya agar tegar, tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun.

Ternyata Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi.

Sekolah Muhamaddiyah mampu menjuarai lomba yang dipimpin oleh salah satu laskar pelangi serta mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas cermat pada lomba 17 Agustus mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri lainnya. Suatu prestasi yang sudah puluhan tahun selalu dimenangkan oleh sekolah-sekolah PN.

Seluruh anak Laskar Pelangi tak menduga ternyata ada seorang anak dari sekolah PN yang ingin sekolah di sekolah Muhamaddiyah itu. Dan sekarang anggota Laskar Pelangi menjadi sebelas orang, Laskar Pelangi mengarungi hari-hari dengan tertawa dan menangis bersama.

Ketika Lintang, siswa paling jenius itu harus berhenti sekolah padahal hanya tinggal satu tahun lagi menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua di keluarganya yang harus menghidupi keluarga sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia.

Padahal disisi lain PN Timah menjadi semakin kaya raya dengan cara mengekploitasi tanah leluhurnya. Meskipun pada awal tahun 90-an sekolah Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali sudah tidak bisa membiayai diri sendiri akan tetapi semangat, integritas, keluruhan budi, dan ketekunan yang diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar pelangi.

Kedua guru tersebut akhirnya bisa berbangga karena diantara sebelas orang anggota laskar pelangi, sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager di salah satu perusahaan multi nasional paling penting di negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa international kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris. Semua itu merupakan buah dari pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau mereka sendiri di ujung paling Selatan Sumatera.



Novel ini memiliki banyak hal-hal yang inspiratif. Novel ini memperlihatkan bahwa di tangan seorang guru, kemiskinan dapat diubah menjadi kekuatan, keterbatasan bukanlah kendala untuk maju, dan pendidikan bermutu memiliki definisi dan dimensi yang sangat luas.

Setidaknya para Laskar Pelangi dan sekolah miskin Muhamaddiyah menunjukkan bahwa pendidikan yang hebat sama sekali tak berhubungan dengan fasilitas. Terakhir cerita laskar pelangi memberitahu kita bahwa bahwa guru benar-benar merupakan seorang pahlawan tanpa tanda jasa.

Demikian ringkasan novel Laskar Pelangi yang saya buat, semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Terima kasih


Tidak ada komentar:

Posting Komentar