Jumat, 20 Desember 2013

TULISAN 11 - Kelas Sosial dan Kelompok Status

Nama         :        Indah Restu Anjani
NPM          :        13211571
Kelas          :        3EA17
Mat-Kul     :        Softskill - Perilaku Konsumen
TULISAN 11
BAB 11
KELAS SOSIAL & KELOMPOK STATUS

       I.            PERBEDAAN ANTARA KELAS SOSIAL dengan STATUS SOSIAL

Class system adalah penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat, artinya semua keluarga dan orang yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum.
Dengan demikian pengertian kelas adalah parallel dengan pengertian lapisan tanpa membedakn apakah dasar  lapisan itu factor uang, tanah, kekuasaan, atau dasar lainnya. Adapun yang meggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan unsure ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atau kehormatan dinamakan kedudukan (status group ).

STATUS SOSIAL
Kadang-kadang dibedakan antara pengertian kedudukan (status), dengan kedudukan social (social status). Kedudukan diartika sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok social. Kedudukan social adalah  tempat seseorang, secara umum dalam masyarakatnya sehubunag dengan orang-orang lain, dalam arti lingkuagn pergaulannya, prestisnya, dan hak-haknya serta kewiban-kewajibannya.

Masyarakat pada umunya mengembangjan dua macam kedudukan, yaitu:
1.       Ascribe status
Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat  tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karna kelahiran.

2.       Achieved status
Adalah kdudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Akan tetapi bersifat terbukabagi siapapun tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar  serta mencapai tujuan-tujuannya.

   II.            PEMILIKAN
Pemilikan adalah symbol keangotaan kelas tidak hanya jumlah pemilikannya, tetapi sifat pilihan yang dibuat.

III.            DINAMIKA KELAS SOSIAL
Perilaku kelas sosial dinamis karena mencerminkan lingkungan yang berubah. Dinamika kelas social mencerminkan perbedaan kelas antara kelas  middle-up and middle-down. Sehingga terlihat jelas sekali mencoloknya.

 IV.            SOCIAL MOBILITY dan KONSEKUENSINYA terhadap MARKET

Mobilitas social adalah suatu gerakan dalm struktur social yaitu pola-pola tertentu yang mengaur organisasi suatu kelompok social.

Tipe gerak social yaitu:

a.       Gerak social vertika
gerak social vertikak merupakan suatu perpindahan individu atau objek dari suatu kedudukan social ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat.

Gerak social vertical sesuai dengan aranhnya dibedakan menjadi dua lagi:

1)      Gerak social vertical naik
Terdapat dua bentuk utama yaitu:
·         Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan  
          rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.
·         Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian
          ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari
          kedudukan individu-individu pembentuk kelompok
          tersebut.

2)      a.          Gerak social vertical turun
Terdapat dua bentuk utama diantaranya:
·         Turunya kedudukan individu  ke kedudukan yang lebih
           rendah derajatnya.
·         Turunya derajat kelompok individu yang dapat berupa
           disintegrasi kelompok sebagai suatu kesatuan.

b.      Gerak social horizontal
Gerak social merupakan suatu perpindaha individu atau
objek social dari suatu kedudukan social ke kedudukan
lainya yang sederajat.

    V.            KLASIFIKASI GEODEMOGRAFI dan MANFAATNYA BAGI PEMASAR

Segmentasi Pasar: Tindakan membagi sebuah pasar kedalam kelompok-kelompok konsumen yang berbeda yang diperkirakan membutuhkan produk. Dalam hal ini perusahaan mengidentifikasi cara-cara yang berbeda untuk membagi pasar menjadi segmen-segmen, mengembangkan segmen pasar yang menguntungkan, dan mengevaluasi daya tariknya.

Segmentasi Geodemografis :
Jenis segmentasi gabungan ini didasarkan pada pendapat bahwa orang yang hidup dekat dengan satu sama lain mungkin mempunyai keuangan, selera, pilihan, gaya hidup, dan kebiasaan konsumsi yang sama. 

Variabel demografis terdiri atas kerakteristik seperti usia, penghasilan, dan etnis. Geodemografi merupakan sebuah kombinasi dari karakteristik demografis dan gaya hidup konsumen dalam cluster geografis. Perusahaan riset pemasaran telah mengembangkan sistem klasifikasi, atau clustering yang mengidentifikasi segmen-segmen geodemografis yang berbeda.

Penetapan Sasaran Berdasarkan geodemografis
Kata geodemografis adalah gabungan dari kata geografi dan demografi, yang secara indah mendeskripsikan targeting dalam bentuk ini. Dasar pemikiran yang menjadi landasan geodemographic targeting adalah bahwa orang-orang yang menetap di area yang sama, misalnya bertetangga atau dalam satu zona kode area, juga memiliki persamaan dalam demografi dan gaya hidup. Beberapa perusahaan mengembangkan layanan yang menghilangkan batas area geografis ke dalam common group, atau cluster, di mana terdapat orang-orang dengan karakteristik demografis serta gaya hidup yang sama.

 VI.            PEMASARAN UNTUK PANGSA KELAS SOSIAL

Prosedur untuk pangsa pasar mencakupi langkah-langkah berikut:
1.       Identifikasi pemakaian kelas social dari produk.
2.       Perbandingan variable kelas social untuk pemagsaan dangan variable
lain (pendapatan,  siklus hidup, dsb)
3.       Deskripsi karakteristik kelas social yang diidentifikasi di dalam target
pasar.
4.       Perkembangan program pemasaran unuk memaksimumkan
keefektifan bauran pemasaran yang didasarkan pada konsistensi dengan sifat kelas social.

Pangsa pasar kelas sosial dengan dideskripsikan dengan dua jenis variable:
1.       Informasi profil umum
2.       Informasi spesifikasi produk

Analisis pangsa pasar berdasarkan profil sosioekonomi memungkinkan seseorang  pemasar mengembangkan program pemasaran yang komprehensif agar cocok dengan karakteristik sosioekonomi dari target pasar. Ini akan mencakupi sifat produk, strategi media, strategi kreatif, saluran distribusi, dan penetapan harga.

VII.            PENGENALAN KEBUTUHAN dan KRITERIA EVALUASI

Pengenalan kebutuhan merupakan langkah awal dalam proses pengambilan keputusan pembelian, dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhannya. Dalam proses pengenalan kebutuhan, pembeli akan menyadari bahwa sesungguhnya terdapat perbedaan antara keadaan nyata (penawaran pasar) dengan keadaan yang diinginkan (kebutuhan atau deman). Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan Pengenalan kebutuhan, Pencarian informasi, Evaluasi alternative, Keputusan pembelian. Perilaku setelah pembelian. Kebutuhan dapat dipicu oleh dorongan internal, yaitu pada saat timbulnya kebutuhan normal seseorang pada tingkatan yang cukup siginifikan untuk mempengaruhi perilakunya. Selain itu kebutuhan juga dapat dipicu oleh dorongan eksternal, misalnya: keluarga atau kelompok referensi, iklan dari pemasar, dan lain-lain. Pada tahap pengenalan kebutuhan, seorang pemasaran harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang memunculkan mereka, dan bagaimana kebutuhan atau masalah tersebut dapat mengarahkan konsumen pada produk tertentu. Dengan mengumpulkan informasi-informasi tersebut, diharapkan orang pemasaran dapat mengenali faktor-faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Karena pada umumnya konsumen tidak akan membeli produk jika tidak dapat memuaskan kebutuhannya.

Evaluasi Alternatif adalah sebuah pertimbangan akan suatu barang yang ingin dibeli dengan alternatif lainnya yang dilakukan oleh para pembeli atau konsumen sebelum melakukan pembelian.

·         KRITERIA EVALUATIF
Konsumen sering membuat keputusan berdasarkan pengaruh atau pada sikap secara keseluruhan terhadap merek atau untuk meminimalkan usaha atau emosi negatif. Kriteria Evaluatif merupakan salah satu aktivitas dalam proses pengambilan suatu keputusan konsumen dan memegang peranan penting dalam memprediksi perilaku pembelian konsumen. Saat konsumen melakukan aktivitas tersebut, mereka sedang mempertimbangkan elemen-elemen yang terdapat pada satu produk dan menilai elemen mana yang lebih penting untuknya yang ia gunakan sebagai dasar keputusan dalam memilih sebuah produk.

Sifat kriteria evaluatif biasanya fitur produk atau atribut yang terkait dengan baik manfaat yang diinginkan oleh pelanggan atau biaya yang harus mereka keluarkan. Jenis kriteria evaluatif digunakan dalam keputusan bervariasi dari segi biaya nyata dan kinerja untuk faktor intangible seperti gaya, rasa, prestise, perasaan yang dihasilkan, dan citra merek. Pemasar harus memahami kriteria yang digunakan konsumen untuk mengevaluasi merek mereka.

Kriteria evaluatif berisi dimensi atau elemen tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Beberapa hal penting yang harus ditentukan dalam Pengukuran Kriteria evaluative, yaitu:

1)        Kriteria evaluatif yang digunakan oleh konsumen.
2)        Bagaimana konsumen mempersepsikan berbagai alternatif pada setiap kriteria.
3)        Pentingnya relatif dari masing-masing kriteria. 
        
Kriteria alternatif dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya dalam membeli mobil seorang konsumen mungkin mempertimbangkan kriteria, keselamatan, kenyamanan, harga, merek, negara asal (country of origin) dan juga spek hedonik seperti gengsi, kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya. Beberapa kriteria evaluatif yang umum adalah: 

1)      Harga
Harga merupakan salah satu unsur yang menentukan pemilihan alternatif. Harga menjadi poin penting dalam evaluasi alernatif untuk melihat apakah harga barang tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki. Konsumen cenderung akan memilih harga yang murah untuk suatu produk yang ia mengerti spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak bisa mengevaluasi kualitas produk maka harga merupakan indikator kualitas. Oleh karena itu strategi harga hendaknya disesuaikan dengan karakteristik produk.

2)      Merek
Biasanya sebelum kita melihat lebih jauh kita dapat menilai dari nama merek atau produsen barang tersebut. Merek terbukti menjadi faktor penting dalam pembelian obat. Nampaknya merek merupakan penganti dari mutu dan spesifikasi produk. Ketika konsumen sulit menilai kriteria kualitas produk, kepercayaan pada merek lama yang sudah memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko kesalahan dalam pembelian.

3)      Negara Asal Produk
Negara dimana asal suatu produk dihasilkan merupakan salah satu yang di perhatikan oleh beberapa kalangan konsumen. Negara sering mencitrakan kualitas produk, contohnya konsumen mungkin sudah tidak meragukan lagi kualitas produk elektronik dari Jepang. Sementara, untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan Swiss meruapak produk yang handal tak teragukan.

4)      Saliensi Kriteria Evaluasi
Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria evaluasi kerap berbeda pengaruhnya untuk konsumen yang berbeda dan juga produk yang berbeda. Pada suatu produk mungkin seorang konsumen mempertimbangkan bahwa harga adalah hal yang penting, tetapi tidak untuk produk yang lain. Atribut yang mencook (salient) yang benar-benar mempengaruhi proses evaluasi disebut sebagai atribut determinan.

5)      Model
Banyak dari konsumen terutama wanita yang tertarik dengan tampillan atau model dari suatu  produk yang di inginkannya. Contohnya casing handphone, banyak wanita yang lebih memilih tampilan atau bentuk yang lucu di banding melihat fungsi dan kegunaannya.

6)      Kualitas
Tidak sedikit dari para konsumen yang melihat kualitas produk yang mereka inginkan.

VIII.            PROSES PENCARIAN

Merupakan tahap proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen telah tertarik untuk lebih banyak mencari informsi. Seorang konsumen yang telah tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi. Jika dorongan konsumen begitu kuatnya dan produk yang memuaskan berada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Jika tidak konsumen mungkin akan menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berkaitan dengan kebutuhan itu. Jumlah pencarian yang dilakukan oleh konsumen tergantung pada kuatnya dorongan, jumlah informasi yang sudah dimilikinya, kemudahan dalam memperoleh informasi yang lebih banyak, nilai tambah yang diberikan dari setiap informasi tambahan yang baru diperoleh, dan kepuasan yang ia dapatkan dari pencarian informasi yang dilakukan.

Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber, meliputi :
a.      Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan, dan lain-lain
b.     Sumber komersial : iklan,wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan, dan lain-lain.
c.      Sumber publik : media massa, organisasi, penilai pelanggan, dan lain-lain.
d.     Sumber pengalaman : menangani, memeriksa, menggunakan produk, dan lain-lain.

Pengaruh relatif dari sumber-sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya pengaruh yang paling signifikan adalah dari sumber pribadi. Dalam hal ini sumber komersial pada umumnya memberikan informasi, namun untuk sumber pribadi selain memberikan informasi juga melakukan evaluasi terhadap produk untuk keperluan konsumen. Hal inilah yang menjadikan sumber pribadi lebih berpengaruh signifikan. Ketika lebih banyak informasi diperoleh, semakin bertambah pula kesadaran dan pengetahuan konsumen mengenai
merek-merek yang tersedia dan sifat-sifatnya. Sebuah perusahaan harus merancang bauran pemasaran yang baik untuk membuat calon pembeli menyadari dan mengetahui menganai mereknya.

 IX.            BAHASA SOSIAL

Pola bahasa individual berkorelasi erat dengan kelas sosial mereka. Didalam seperangkat exsperimen, kelas sosial responden lebih dahulu diukur sebelum mereka diminta untuk membuat rekaman, fabel, selama 40 detik. Perekaman singkat ini diputar untuk kelompok yang terdiri dari 15-30 mahasiswa perguruan tinggi daerah yang berfungsi sebagai hakim. Penilaian rata-rata nilai sosial oleh hakim-hakim ini berkorelasi 0,80 dengan kelas sosial para pembicara.
Pentingnya bahasa dapat dimengerti melalui analisis teks yang digunakan didalam iklan. Mobil mahal seperti Mercedes dan Cadillac menggunakan kata-kata yang lebih panjang,, eufemisme yang lebih sedikit dan lebih banyak bahasa abstrak.iklan mobil kelas bawah dan menengah berbicara banyak tentang sifat fisik,menekankan gambar ketimbang kata dan lebih memungkinkan menggunakan bahasa slang atau bahasa jalanan.

    X.            PROSES PEMBELIAN

Status sosial mempengaruhi di mana dan bagaimana orang merasa mereka harus berbelanja.Orang dengan status rendah memiliki tempat lokal yang memungkinkan bertatap muka di mana mereka mendapatkan pelayanan dan kreditt yang mudah acap kali di dalam lingkungan tempat tinggal.
Konsumen kelas menengah atas merasa lebih percaya akan kemampuan mereka dalam berbelanja.Mereka akan bertualang ke tempat – tempat baru untuk berbelanja dan akan menelajahi sebuah toko untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.Toko yang memberikan potongan harga secara tradisional menarik bagi kelas menengah karena mereka cermat dan berpikiran ekonomis dalam pembelian mereka.Pada tahun – tahun awal,toko yang memberikan potongan harga kerap tidak menjual mereka bergengsi atau merk desainer,,tetapi karena pendapatan kelas menengah bertambah dan pengaruh informasi meluas.

 XI.            METODE PENELITIAN PEMASAR untuk MENGUKUR KELAS SOSIAL

Para peneliti pemasaran mengukur kelas sosial sebagai variabel bebas untuk menentukan hubungannya dengan variabel terikat yaitu minat akan sesuatu.Metode objektif memberikan status berdasarkan responden yang memiliki semacam nilai dari variabel yang distratifikasikan.Variabel yang sering di gunakan yaitu pekerjaan pendapatan, pendidikan ukuran dan jenis tempat tinggal, pemilikan barang.
Nilai – nilai yang di tetapkan dalam satu dari dua cara.Satu metode menggunakan survei terhadap orang yang diminta untuk meningkatkanprestise orang – orang dalam berbagai pekerjaan.Metode yang kedua yaitu menggunakan ukuran objektif seperti peningkatan pendidikan rata –rata atau pendapatan kelompok pekerjaan.


SUMBER     :



Jumat, 13 Desember 2013

TULISAN 10 - Dinamika Kelompok & Kelompok Rujukan

Nama         :        Indah Restu Anjani
NPM          :        13211571
Kelas          :        3EA17
Mat-Kul     :        Softskill - Perilaku Konsumen
TULISAN 10
BAB 10
DINAMIKA KELOMPOK DAN KELOMPOK RUJUKAN

       I.            KELOMPOK RUJUKAN

Kelompok rujukan disebut juga sebagai acuan. Kelompok rujukan  merupakan sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seorang secara langsung atau tidak langsung. Kelompok rujukan ini berguna sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusan dan sebagai dasar pembandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai dan sikap umum / khusus atau pedoman khusus bagi perilaku.

   II. KELUARGA & STUDI PERILAKU KONSUMEN

Studi tentang keluarga dan hubungan mereka dengan pembelian dan konsumsi adalah penting, tetapi kerap diabaikan dalam analisis perilaku konsumen. Pentingnya keluarga timbul karena dua alasan.
Pertama, banyak produk dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga. Rumah adalah contoh produk yang dibeli oleh kedua pasangan, barangkali dengan melibatkan anak, kakek-nenek, atau anggota keluarga lain dari keluarga besar. Mobil biasanya dibeli keluarga, denga kedua pasangan dan kerap anak remaja mereka terlibat dalam berbagai tahap keputusan, dan masih banyak lagi contohnya.
Kedua, bahkan ketika pembelian dibuat oleh individu, keputusan pembelian individu bersangkutan mungkin sangat dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya. Anak-anak mungkin membeli pakaian yang dibiayai dan disetujui oleh orangtua. Pengaruh seorang remaja mungkin pula besar sekali pada pembelian pakaian orangtua. Pasangan hidup dan saudara kandung bersaing satu sama lain dalam keputusan tentang bagaimana pendapatan keluarga akan dialokasikan untuk keinginan individual mereka. 

Studi tentang keputusan keluarga sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari keluarga sebagai organisasi. Survei dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. Pemberian kuisioner kepada seluruh keluarga memerlukan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama (sulit dilakukan di dalam lingkungan dewasa ini), dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna bagi semua anggota keluarga (sulit karena ketidaksesuaian dalam hal usia atau pendidikan), dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relatif dalam keputusan tersebut (temuan yang lazim di dalam penelitian keluarga).

Tipe – Tipe Perilaku Pembelian Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut :

a.    Budget Allocation (Pengalokasian budget)
Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.

b.     Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)\
Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.

c.     Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam melakukan proses pembelian.

d.     Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.

III.            VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN

Keluarga memiliki pendapatan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan rumah tangga karena jumlah yang lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga. Untuk keluarga mapun rumah tangga, keempat variabel structural yang paling member dampak pada keputusan pembelian dan yang dengan demikian paling menarik bagi pemasar adalah usia kepala rumah tangga atau keluarga, status, perkawinan, kehadiran anak san status pekerjaan.

Keluarga adalah sama dengan perusahaan; keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu yang lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Fungsi yang jelas bahwa dua orang dapat mencapai lebih baik daripada satu orang adalah mempunyai anak. Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini mengenai apakah keluarha harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makanan, perabot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan, dan produk lain. Anak di dalam keluarga dapat menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti perjalanan, pakaian orang dewasa, dan banyak barang yang bebas dipilih.

KEPUTUSAN PEMBELIAN KELUARGA
Keluarga adalah “pusat pembelian” yang merefleksikan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan. Individu membeli produk untuk dipakai sendiri dan untuk dipakai oleh anggota keluarga yang lain.

1.     Peranan individu dalam pembelian keluarga.
2.     Perilaku peran (role behavior).
3.     Peranan pasangan hidup dalam keputusan pembelian.


 IV.            SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA & PERILAKU PEMBELIAN

Keluarga berubah bersama waktu, melewati serangkaian tahap. Proses ini disebut siklus kehidupan keluarga (SKK). Walaupun sudah digunakan di dalam literature sejak tahun 1931, konsep tersebut mendapat pengaruhnya yang paling luas di dalam penelitian pemasaran oleh Wells dan Gubar, dan belakangan di dalam buku karya Reynolds dan Wells, yang memperhatikan bagaimana siklus kehidupan mempengaruhi perilaku konsumen.

    V.            SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA TRADISIONAL

Siklus hidup keluarga model tradisional yaitu pergerakan tahap yang sebagian besar keluarga lewati, dimulai dari belum menikah (bujangan), menikah, pertumbuhan keluarga, penyusutan keluarga, dan diakhiri dengan putusnya unit dasar. Tahapan dari FLC model tradisional adalah:

·        Tahap I: Bachelor
Pemuda/i single dewasa yang hidup berpisah dengan orang tua.

·        Tahap II: Honeymooners
Pasangan muda yang baru menikah.

·        Tahap III: Parenthood
Pasangan yang sudah menikah setidaknya ada satu anak yang tinggal hidup bersama.

·        Tahap IV: Postparenthood
Sebuah pasangan menikah yang sudah tua dimana tidak ada anak yang tinggal hidup bersama.

·        Tahap V: Dissolution
Salah satu pasangan sudah meninggal


 VI.            STRUKTUR KELUARGA & RUMAH TANGGA YANG BERUBAH

Apa yang dimaksud dengan sturktur keluarga kontemporer? Bagaimana struktur itu berubah? Bagaimana struktur itu mempengaruhi konsumsi? Apakah realitas yang berkembang dari struktur keluarga merupakan masalah atau peluang untuk organisasi pemasaran? Ini adalah beberapa dari pertanyaan yang para peneliti konsumen berusaha menjawabnya. Banyak jawaban tersebut melibatkan data dari sensus dasawarsa dan laporan sementara oleh Biro Sensus?

1.                 Menikah atau Single.
2.                 Ukuran Rumah Tangga.
3.                 Perkawinan dalam usia yang lebih lanjut.
4.                 orang single
5.                 Perceraian dan perilaku konsumen.
6.                 Orang-orang single yang hidup bersama.
7.                 Pemasaran untuk orang single.
8.                 Perkawinan kembali


VII.            PERANAN WANITA YANG BERUBAH

Wanita sebagai konsumen dapat berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan pada budaya. Ada beberapa budaya yang membuat wanita berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk :

1)  Budaya psikologis
Budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.

2)  Budaya sosial
Budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat  membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.


VIII.            PERANAN PRIA YANG BERUBAH (CHANGING MASCULINE ROLE)

Pria sebagai konsumen dapat berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan pada budaya. Ada beberapa budaya yang membuat pria berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk :


1)  Budaya psikologis
Budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.

2)  Budaya sosial
Budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat  membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.

 IX.            METODOLOGI PENELITIAN UNTUK STUDI TENTANG KEPUTUSAN KELUARGA

Bila anda menyiapkan analisis pengaruh keluarga pada keputusan keluarga dalam hal pembelian atau konsumsi, sebagian besar teknik penelitian akan sama dengan studi penelitian pemasaran yang lain.

1.                 Kerangka Proses-Keputusan.
2.                 Kategori Sturktur-Peran. 
3.                 Bias Pewawancara. 
4.                 Seleksi Responden . 

    X.            IMPLIKASI BAGI STUDI PERILAKU KONSUMEN

Adapun menurut American Marketing Association yang terdapat pada buku karangan Peter dan Olson (1999, hlm. 6), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.” Paling tidak ada tiga ide penting dalam pengertian di atas, yaitu perilaku konsumen adalah dinamis; hal tersebut melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar; serta hal tersebut melibatkan pertukaran.

Pertama, definisi di atas menekankan bahwa perilaku konsumen itu dinamis. Ini berarti bahwa seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu (Peter dan Olson, 1999, hlm.6).

Hal kedua yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen di atas adalah keterlibatan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar. Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku) dan apa serta di mana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen (Peter dan Olson, 1999, hlm.8).

Hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen di atas adalah pertukaran di antara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan akan pentingnya pertukaran. Kenyataannya, peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan stategi pemasaran (Peter dan Olson, 1999, hlm.9).

SUMBER     :