Jumat, 31 Oktober 2014

TULISAN 9 - BISNIS WARALABA

NAMA                       :           INDAH RESTU ANJANI
NPM                          :           13211571
KELAS                       :           4EA17
MATA KULIAH      :           SOFTSKILL - ETIKA BISNIS

TULISAN 9

Bisnis Waralaba


Waralaba (bahasa Inggris: franchising; bahasa Perancis: franchise yang aslinya berarti hak atau kebebasan) adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, waralaba adalah perikatan yang salah satu pihaknya diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.

Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba ialah:

Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir dengan pengwaralaba (franchisor) yang memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.


PENGWARALABA DAN PEWARALABA

Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud dengan pengwaralaba dan pewaralaba.

Ø  Pengwaralaba atau pemberi waralaba (franchisor), adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas usaha yang dimilikinya.

Ø  Pewaralaba atau penerima waralaba (franchisee), adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.


SEJARAH WARALABA

Perusahaan Coca cola di Atlanta, Amerika Serikat.

 

Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS. Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola. Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS, General Motors Industry pada tahun 1898. Contoh lain di AS ialah sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union serta persetujuan eksklusif antar pabrikan mobil dengan penjual.


Mc Donalds, salah satu pewaralaba rumah makan siap saji terbesar di dunia


Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restoran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restoran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran.
Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama pada tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba dirintis oleh J. Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an.
Bisnis waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemberi waralaba dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA.



WARALABA DI INDONESIA

Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu pewaralaba tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya. Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi pengwaralaba maupun pewaralaba. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang. Tonggak kepastian hukumakan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah(PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut:

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.

Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba

·         Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
·         Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
·         Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui waralaba master (master franchise) yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakansistem piramida atau sistem sel, suatu jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa asosiasi waralaba di Indonesia antara lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans Consulting, FT Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara lain International Franchise and Business Concept Expo (Dyandra), Franchise License Expo Indonesia (Panorama convex), Info Franchise Expo (Neo dan Majalah Franchise Indonesia).


BISNIS WARALABA LOKAL YANG MULAI GO INTERNASIONAL

Salah satu trend untuk investasi yang saat ini sedang naik daun di Indonesia adalah bisnis waralaba atau biasa disebut juga dengan franchise. Secara awam, bisnis waralaba dapat didefinisikan sebagai bisnis yang memberikan terhadap pihak mandiri untuk menjual suatu produk baik jasa maupun barang milik perusahaan merk dagang yang sudah terkenal dengan sebuah perjanjian yang telah ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak. Bisnis waralaba ini sangat cocok bagi para pemula bisnis karena resiko untuk kegagalan bisnis bisa ditekan seminim mungkin.

Bagi perusahaan yang memberi waralaba atau franchisor, sistem ini bisa menjadi salah satu alat pemasaran yang sangat menguntungkan karena dapat melakukan ekspansi produk secara efektif tanpa membuka cabang yang membutuhkan biaya besar. Tidak hanya itu saja, bagi perusahaan franchisor juga akan memperoleh royalty dari franchise sesuai dengan ketetapan atau perjanjian yang telah  disepakati.

Namun, sekarang ini bisnis waralaba asing telah menyerbu Indonesia karena pasarnya yang sangat besar. Jadi, jika kita telah memutuskan untuk membuka bisnis waralaba lokal kita harus siap bersaing ketat dengan waralaba asing yang telah “menjajah” pasar dalam negeri. Tidak perlu khawatir bagi Anda pemula bisnis yang ingin membuka bisnis waralaba karena ternyata bisnis waralaba lokal sudah mulai penuhi pasar di Indonesia dan banyak pula yang mulai menyerbu pasar di Negara lain. Berikut ini adalah :

Es Teller 77


Es Teller 77 adalah sebuah warung sederhana yang merupakan usaha keluarga. Warung ini ditangani langsung oleh Ibu Murniati sendiri dengan ditemani suaminya Trisno Budijanto, serta anak dan menantunya yaitu Yenny Setia Widjaja dan Sukyatno Nugroho. Pada tahun 1987, Es Teller 77 yang merupakan sebuah usaha makanan cepat saji asli Indonesia pertama yang mulai menerapkan sistem waralaba.

Sekarang ini bisnis franchise Es Teller 77 telah memiliki 180 gerai yang tersebar di berbagai daerah yang ada di Indonesia. Es Teller 77 tidak hanya mampu meningkatkan citra makanan Indonesia di dalam negeri sendiri tetapi juga mempu memperkenalkan makanan Indonesia hingga ke mancanegara. Es Teller 77 bisa dikunjungi di Malaysia, Singapura, Australia sampai ke New Delhi.



Donat J.Co


Toko donat J.Co milik Johnny Andrean ini sekarang ini sudah tersebar di seluruh Asia. Sejak mulai didirikan pada tanggal 26 Juli 2005, toko donat ini sudah mampu memikat para penggemar donat yang menginginkan konsep yang berbeda, yaitu proses pembuatan donat yang terbuka lebar bagi para pembeli atau open kitchen. Dengan harga yang cukup terjangkau dan resep donat yang berbeda dari pada biasanya, J.Co kini menjadi alternatif baru bagi para penikmat dan penggemar donat. Sekarang ini, J.Co telah memiliki 34 gerai yang tersebar di seluruh Asia, 20 gerai berada di Indonesia, 3 di Singapura, 5 di Malaysia, 4 di Filipina dan 2 di Shanghai.


Pecel Lele Lela


Warung makan dengan merek pecel lele Lela adalah sebuah singkatan dari Pecel Lele Lebih Laku. Warung pecel lele Lela ini mulai berdiri di tahun 2006 oleh Rangga Umara. Pengembangan konsep untuk bisnis yang berbasis makanan ini dipilih dengan pertimbangan bahwa bisnis makanan tidak akan mengenal krisis karena setiap orang membutuhkan makanan sebagai kebutuhan utama untuk hidup. Pecel lele Lela optimis menjadi satu-satunya bisnis makanan pecel lele modern yang memberikan nilai tambah. Setelah sukses mengusai 12 provinsi yang ada di Indonesia, pecel lele Lela kini mulai mencoba mengembangkan usahanya untuk go internasional. Sekarang ini Pecel lele Lela sudah memiliki 3 gerai di Malaysia.



Ayam Bakar Mas Mono


Perlahan namun pasti, itulah bisnis ayam bakar Mas Mono yang makin dikenal banyak orang. Ayam bakar Mas Mono ini mulai dirintis sejak tahun 2001. Dengan omzet yang sudah mencapai Rp 8 – 12 juta per hari, warung ayam bakar ini sudah memiliki banyak pelanggan tetap. Sekarang ini ayam bakar Mas Mono sudah mulai menjalankan misinya yaitu goes national dengan memberikan kesempatan bagi para masyarakat untuk memilih bisnis ini sebagai salah satu bisnis franchise. Kini ayam bakar Mas Mono sudah mulai terkenal hingga ke luar negeri seperti misalnya di Malaysia.



Bumbu Desa


Indonesia adalah satu Negara yang cukup terkenal dengan keanekaragaman kuliner yang sangat menggugah selera. Salah satu daerah yang terkenal adalah kuliner dari tanah pasundan. Bumbu desa adalah salah satu bisnis makanan atau kuliner yang awal mulanya dikelola oleh keluarga. Kedai pertama untuk bumbu desa ini dibuka di bulan September 2004. Setelah berjalan 6 tahun, bisnis makanan bumbu desa ini semakin hari kian besar. Sampai dengan saat ini, bumbu desa telah memiliki lebih dari 50 cabang yang tersebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Bahkan bumbu desa sudah mulai merambah pasar luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.


SUMBER         :





Tidak ada komentar:

Posting Komentar